BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Radio photometer merupakan alat untuk mengukur
tingkat intensitas energi cahaya, dengan alat ini kita dapat membedakan tingkat
intensitas energi cahaya dari kedua jenis tempat yaitu kekuatan matahari di
tempat yang teduh (misalnya : kantin, ruang laboratorium, dan di areal terbuka
(tidak ada yang menghalangi cahaya matahari).
Beberapa jenis energi dalam yang
kerap diukur nilai intensitasnya antara lain cahaya, angin, panas, listrik, dan
lain-lain. Cahaya merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kehidupan
dipermukaan bumi ini, karena sumber cahaya matahari adalah satu-satunya
masukkan energi ke ekosistem.
Cahaya yang dihasilkan berbeda-beda
tergantng pada lokasi, dan ada atau tidak adanya media perantara yang
menghalangi energi yang dihasilkan oleh cahaya. Dalam praktikum ini, kita akan
membahas dan mengamati cahaya dibeberapa lokasi yang berbeda.
Dalam bidang kedip dengan menggunakan photometer. Beberapa
orang buta warna untuk satu warna, sebagian untuk warna lain. Bahkan “mata
normal” jauh dari yang sma sensitif terhadap semua warna. Lalu, bagaimanakah
orang dapat membandingkan kepadatan cahaya lampu dari dua sumber warna yang
berbeda? Dalam bidnag kedip photometer. Telah merencanakan untuk tujuan itu,
walaupun tingkat akurasi keuntungan dapat diperoleh pengguna dalam jumlah yang tidak sangat tinggi.
Tindakan ini bergantung pada dua prinsip. Salah satu dari tesis yang ada adalah sepaham tanpa harus
kehilangan sopan santun menghasilkan sensasi apabila mata terkena intensitas
cahaya yang beda beberapa kali per detik. Prinsip
kedua adalah apa yang disebut
dengan presistensi penglihatan, yakni dimana kenyataan mengatakan bahwa kita akan terus
melihat benda untuk massa yang singkat (sekitar 0.1 sec).
1.2
Tujuan
1. Untuk
mengetahui
prinsip kerja radio photometri
2. Untuk
mengetahui komponen-komponen pada radio photometri
3. Untuk
mengetahui perbedaan iluminasi dan luminasi
BAB
II
DASAR
TEORI
Photometri adalah sebuah cabang
dari optik cincin palapa yang mana berkenaan dengan intensitas cahaya. Sebuah
photometer adalah perlatan untuk membuat seperti pengukuran. Seperti kebanyakan
photometer adalah secara umum dan prinsipnya sangat sederhana, kita akan
membahas tetapi satu jenis alat, dan yag sangat singkat.
Pelumas spot
(Bunsen) dengan menggunakan photometer. Tempat penurunan minyak di lembar
kertas purih dan yang menghasilkan pelumas spot adalah transparan. Nenek moyang
kita menggunakan kenyataan ini ketika mereka membuat kertas oli sebagai
pengganti gelas dari panel di jendela mereka.
Biarlah selembar
kertas S dengan pelumas spot didalamnya dan diadakan di antara dua sumber
cahaya, tempat kekuatan lilin C1 dan C2. Jika lembar akan
dipindahkan kembali dan keluar, spot diamati dari kiri, akan muncul gelap atau
terang tergantung paada apakah ia sudah dekat C1 atau C2.
Ketika S adalah dalam posisi spot yang “menghilang” (tidak lebih cerah dan
tidak lebih gelap dari pada yang lain dari permukaan S) kemudian penerangan i1
pada sisi yang satu dari S adalah sama dengan penerangan i2 pada
sisi yang lain. Dengan itu kepadatan cahaya dari sumber yang dapat dibandingkan
dengan membuat sederhana pengukuran jarak jauh.
Dalam
bidang kedip dengan menggunakan
photometer. Beberapa orang buta warna untuk satu warna, sebagian untuk warna
lain. Bahkan “mata normal” jauh dari yang sma sensitif terhadap semua warna.
Lalu, bagaimanakah orang dapat membandingkan kepadatan cahaya lampu dari dua
sumber warna yang berbeda? Dalam bidnag kedip photometer. Telah merencanakan
untuk tujuan itu, walaupun tingkat akurasi keuntungan dapat diperoleh pengguna
tidak sangat tinggi. Tindakan ini bergantung pada dua prinsip. Salah satu dari
tesis adalah sepaham tanpa harus kehilangan sopan santun menghasilkan sensasi
apabila mata terkena intensitas cahaya yang beda beberapa kali per detik. Semua
telah kita amati efek ini ketika
berjalan atau berkendaraan di sepanjang sisi yang satu yang tinggi pagar, atau
suatu baris di dekat pohon terletak disekitarnya, ketika matahari adlah
shinning melalui dari sisi yang lain.Prinsip kedua adalah apa yang dipanggil
presistensi penglihatan, kenyataan bahwa kita akan terus melihat benda untuk
massa yang singkat (sekitar 0.1 sec). Setelah mereka telah berhenti mengirim
cahaya ke mata. Sekiranya hal itu tidak karena desakan dari penglihatan tidak akan
ada gambar bergerak seperti yang kita tahu mereka. Sebuah gambar bergerak
dengan sempurna layar gelap setiap 16 kali/det. Ia tidak pernah diterangi oleh
dua sumber. Ketika lampu merah melewati celah dan menyerang layar lampu biru
adalah mati. Berkat persistensi penglihatan, mata tidak melihat sama ada warna
secara terpisah. Karena prinsip pertama, layar akan bidang kedip kecuali ianya
juga diterangi oleh setiap sumber, sebuah kondisi dengan mudah diperoleh dengan
mengubah jarak lampu dari layar.
Balok lampu dan
sinar, jika suatu aliran dari sinar matahari akan diizinkan masuk ke sebuah
kamar gelap, jalan dari sungai itu dapat dipelihara (biasanya) dengan cahaya
yang terpantul dari debu partikel mengambang di udara. Ini dikenali sebagai
“Efek Tyndall”. Fenomena ini dipamerkan pada skala ketika sejumlah dari awan
terjadi untuk dapat dikelompokkan serta menangkap semua langsung cahaya dari
matahari kecuali yang melewati masa kini sempit ruang terbuka antara mereka.
Yang berbentuk kipas menghasilkan aliran lampu sering pernyataan bahwa
“matahari menggambar air”, tetapi yang lebih umum sepenuhnnya gagasan.
Apabila ada
balok-lampu bagian kecil di kayu salib, terkadang disebut pensil. Saat ini
sangat tipis (sekitar dusta) ianya disebut ray, dan s oleh lin. Kita mungkin
berfikir dari balok sebagai paket cahaya dan mewakili oleh garis terkait ke
luar hanya sinar.
(Glathart, 1950)
Tujuan pokok dari pengeras
elektronik adalah untuk memperbesar amplitudo dan daya sebuah sinyal sehingga
baik kerja yang berguna akan dapat dilakukan maupun pengolahan informasi akan
dapat direalisasikan secara lebih mudah. Daya sinyal keluaran adalah lebih
besar daripada daya sinyal masukan, daya tambahan tersebut dibekalkan oleh
bekal bias. Maka tindakan pengeras adalah tindakan pengubahan tenaga dimana
daya bias diubah menjadi daya sinyal dalam alat tersebut. Kebanyakan pengeras
terdiri dari beberapa tahap karena pengerasan yang diperlukan pada lebar pita
tersebut tidak dapat dicapai oleh sebuah tahap pengeras dasar.
Sebuah pengeras bertahap tiga yang
dibentuk dari tiga tahap pengeras operasional yang dihubungkan dalam sebuah
konfigurasi riam (cascade configuration).
Jenis konfigurasi ini terdiri dalam sejumlah tahap yang dihubungkan sehingga
keluaran dari satu tahap menjadi masukan kepada tahapan berikutnya. Tahap
pertama dalam riam tersebut biasanya disebut sebagai tahap masukan (input stage) atau tahap permulaan (initial stage), tahap terakhirdinamakan
tahap keluaran ( output stage). Semua
tahap yang lainnya disebut sebagai tahap perantara (intermediate stage) atau tahap bagian dalam (interior stage).
Untuk selanjutnya, maka dianggap
bahwa pengeras-pengeras oprasional adalah identik dan mempunyai impedans
keluaran sebesar nol dan mempunyai impedans masukan yang tak terhingga. Tegangan
keluaran dari tahap pertama adalah tegangan masukan kepada tahap kedua. Dengan
cara yang serupa, tegangan keluaran dari tahap kedua adalah tegangan masukan
kepada tahap ketiga. Untuk memusatkan perhatian pada proses riam (cascading
process), maka bukan hanya diinginkan untuk mendapatkan sebuah hasil numerik
untuk keseluruhan bati pengeras tetapi diinginkan juga untuk menghubungkan bati
keseluruhan kepada bati dari masing-masing tahap yang meliputi pengeras
tersebut.
Ada beberapa konfigurasi rangkaian
yang sangat banyak digunakan yang mempertinggi daya guna pengeras. Salah satu
golongan rangkain seperti itu disebut sebagai pengeras gabungan (compound amplifer) atau alat gabungan (compound device). Tiga jenis diantaranya
: gabungan Darlington (Darlington compound),
pengeras kaskod (cascode amplifier),
dan konfigurasi simetri komplementer (complementary-symmetry
configuration), masing-masing jenis memberikan keuntungan-keuntungan
tertentu yang mengakibatkan digunakannya jenis tersebut, terutama dalam
rangkaian-rangkaian integral.
Kebanyakan jenis pengeras mempunyai
bati yang serupa dan mempunyai sifat-sifat tanggapan frekuensi yang tidak
tergantung dari alat-alat yang digunakan. Karena tahap pengeras riam sering
sekali digunakan sebagai bagian integral dari rangkaian elektronik lain, maka
akan memudahkan untuk menyatakan (mempresentasikan) pengeras riam dengan sebuah
jaringan ekivalen. Ekivalen ini harus mempunyai sifat-sifat yang sama di
kedua-dua terminal masukan dan terminal keluaran seperti sifat yang dipunyai
oleh pengeras riam tersebut dan berfungsi untuk menyatakan pengeras riam
tersebut dalam analisis dan rancangan rangkaian-rangkaian elektronik yang lebih
kompleks.
Perkembangan jenis representasi
fungsional ini menggunakan konsep sebuah pengeras ideal, yang mempunyai sifat
bahwa keluaran adalah kelipatan konstan dari masukan pada semua frekuensi dan
yang batinya tidak dipengaruhi baik oleh tingkat impedans sumber maupun oleh
tingkat impedans beban. Impedans keluaran yang tak terhingga tersebut akan memastikan
bahwa keseluruhan arus yang diperbesar tersebut diantarkan kepada beban.
Pengeras yang praktis hanya dapat mengaproksimasi pengeras yang ideal karena
pengeras yang praktis tersebut memiliki impedans masukan terbatas dan impedans
keluaran terbatas yang masing-masing tidak sama dengan nol dan yang mempunyai
batasan-batasan frekuensi dengan jenisnya. Penambahan tingkat sinyal, seperti
yang diharuskan untuk menggerakkan pengeras suara dan banyak beban pengeras
lain, dapat menyebabkan alat-alat tersebut mempertunjukkan karakteristik tak
linear tertentu.
Distorsi adalah akibat dari sifat
ketaklinearan dan akan mengubah sinyal yang sedang diolah. Perubahan bati
sebuah tahap karena variasi alat dapat juga mempengaruhi tahap-tahap
berikutnya, dengan sebuah perubahan resultan dalam bati sistem keseluruhan.
Untuk mengontrol efek variasi sistem dan untuk mereduksi distorsi, umumnya
untuk memperoleh daya guna pengeras yang hampir mendekati keadaan yang ideal,
maka seringkali digunakan loloh baik (feed
back).
Loloh balik adalah proses dengan
mana sebagian sinyal keluaran dikembalikan kepada masukan dan membentuk bagian
sinyal yang digunakan untuk menggerakkan pengeras tersebut. Bila sinyal yang
dikembalikan bertindak berlawanan dengan sinyal yang dipakaikan, maka akan terdapat
loloh balik yang negatif (negative feedback). Sebaliknya, bila sinyal yang
kembali tersebut memperkuat sinyal yang dipakaikan, maka dihasilkan loloh balik
yang positif (positive feedback).
(A.E
Fitzgerald, 1981)
Dari
persamaan-persamaan Maxwell kita menyimpulkan bahwa semua gelombang mempunyai
sifat dasar atau nature yang sama dan laju yang sama dan bahwa
gelombang-gelombang tersebut hanya mempunyai perbedaan frekuensi, yang berarti
akan mempunyai perbedaan panjang gelombang. Nama-nama yang dikaitkan kepada
daerah spektrum tersebut diidentifikasi dengan cara-cara eksperimental untuk
menghasilkan dan mendeteksi gelomban-gelombang yang ditinjau. Untuk pita TV (TV
band) AM dan FM maka jangkauan nilai-nilai frekuensi adalah juga merupakan
definisi yang resmi digunakan (legal) dan didefinisikan dengan tepat.
Tidak ada
celah-celah di dalam spektrum tersebut. Misalnya, kita dapat menghasolkan
gelombang-gelombang elektromagnetik dengan v atau sama dengan 3 x 1011
Hz, baik dengan cara-cara gelombang mikro (osilator-osilator gelombang mikro)
maupun dengan cara infra merah (sumber-sumber yang dipanaskan). Juga tidak ada
batas atas atau batas bawah yang dapat dinyatakan kepada skala frekuensi atau
skala panjang gelombang. Sebagai sebuah contoh pada salah satu ujung spektro,
maka elombang-gelombang elektromagnetik dengan v = 10-2 Hz yang
bersesuaian dengan perioda sebesar kira-kira seratus detik dan panjang
gelombang sebesar kira-kira 5000 jari-jari bumi ttelah dideteksi pada permukaan
bumi. Untuk setiap lintasan tertutup dalam sebuah jaringan yang diikuti
(dilintasi) dalam satu arah tunggal, hukum tegangan kirchhoff menyatakan bahwa
jumlah aljabar dari tegangan-tegangan adalah nol. Sebagian dari tegangan
tersebut mungkin adalah sumber tegangan, sedangkan yang lainnya diakibatkan
oleh elemen-elemen pasif. Pada rangkaian resistif arus searah (dc), tegangan
terakhir ini adalah dalam bentuk V=IR.
Hubungan dua
elemen rangkaian atau lebih menghasilkan sebuah titik sambung yang disebut
simpul (node). Sebuah titik sambung dua elemen adalah sebuah simpul sederhana
(simple node), titik sambung empat elemen atau lebih adalah simpul utama
(principal node). Dalam metode tegangan simpul, hukum arus kirchhoff menyatakan
bahwa setiap simpul (utama atau bukan) jumlah arus yang masuk sama dengan arus
yang keluar. Konservasi muatan listrik adalah dasar dari hukum ini. Pernyataan
hukum arus kirchhoff dalam bentuk lain adalah : (1) arus total dalam sebuah
simpul adalah nol, (2) arus total keluar dari sebuah simpul adalah nol.
Metode arus mata
jala (mesh) dan tegangan simpul merupakan teknik yang terpenting dari analisis
rangkaian resistif. Akan tetapi, tahanan pengganti dari cabang-cabang seri dan
paralel yang digabungkan dengan aturan-aturan pembagi tegangan dan arus
memberikan suatu cara lain guna menganalisis sebuah jaringan. Metode ini adalah
membosankan dan biasanya memerlukan penggambaran beberapa rangkaian tambahan.
Meskipun demikian, proses pengurangan jaringan memberikan suatu gambaran yang
sangat jelas dari fungsi keseluruhan jaringan mengenai tegangan, arus, dan
daya. Pengurangan mulai dengan sesuatu pengamatan jaringan untuk memilih
kombinasi seri dan paralel dari resistor.
Sebuah jaringn
linear (misalnya sebuah jaringan resistif arus searah) yang mengandung dua atau
lebih sumber-sumber yang bebas dapat dianalisis guna mendapatkan berbagai
tegangan dan arus-arus cabang dengan mengijinkan sumber-sumber bertindak satu
(sumber) pada suatu waktu, kemudian menjumlahkan hasil-hasilnya. Prinsip ini
diterapkan karena hubungan linear antara arus dan tegangan.
Superposisi
tidak langsung diterapkan pada perhitungan da6ya, sebab daya dalam sebuah
elemen sebanding dengan kuadrat arus atau kuadrat tegangan, yang mana adalah
tidak linear. Sebuah jaringan linear, aktif, resistif yang mengandung satu atau
lebih sumber tegangan atau sumber arus dapat diganti dengan satu sumber
tegangan dan satu tahanan (resistansi) seri (teorema Thevinin), atau oleh satu
sumber arus dan satu tahanan paralel (teorema Norton). Sebuah tegangan
penggerak dalam satu bagian dari sebuah jaringan menghasilkan arus-arus di
dalam semua cabang-cabang jaringan.
(Joseph
A Edminister, 1994)
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Peralatan
dan Fungsi
1.
1000 mm Flat Rail
Fungsi : sebagai bahan dalam percobaan
2.
Scientific Incandenscent Lamp (Lampu
Pijar)
Fungsi : sebagai sumber cahaya
3.
Power Supply
Fungsi : untuk mengubah arus AC
(bolak-balik) menjadi arus DC (searah)
4.
31/2 Digit Multimeter
Fungsi : sebagai alat untuk mengukur
tegangan
5.
Diafragma
Fungsi : untuk mengatur diameter cahaya
yang masuk
6.
Optical Chopper with Control Electronics
Fungsi : sebagai pengatur frekuensi
7.
Broadband Thermopile Detector
Fungsi : sebagai alat untuk mendeteksi
cahaya
8.
Amplifier Satu Fasa
Fungsi : untuk mendeteksi cahaya
9.
Kipas
Fungsi : untuk menghamburkan cahaya
10. Mikrometer
Skrup Digital
Fungsi : untuk menghitung diameter
3.2
Prosedur
Percobaan
1.
Dirangkai peralatan seperti gambar
(dengan menggunakan kipas) dengan frekuensi 50-200 Hz.
2.
Direkomendasikan lampu sebaiknya
dihidupkan selama 20-30 menit sebelum dilakukan pengukuran.
3.
Dihidupkan lampu dengan menggunakan arus
10 A, kemudian buka iris diafragma.
4.
Digerakkan detector pada jarak 10 cm
kemudian ukur tegangan thermopile menggunakan multimeter.
5.
Divariasikan jarak antara filamen dengan
thermopile.
6.
Digambarkan grafik radiant fluks vs
jarak.
7.
Dilanjutkan percobaan tanpa kipas.
3.3
Gambar Percobaan
3.3 Gambar Percobaan
3.3 Gambar Percobaan
3.3 Gambar Percobaan
3.3 Gambar Percobaan
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.Data
Percobaan
Arus :
4 A
Tegangan :
14,6 V
Frekuensi : 181 Hz
Diameter :
15,5 mm
Data dengan menggunakan optical optik
|
x
( cm )
|
V
( mV )
|
|
15
|
28,1
|
|
35
|
27,5
|
|
40
|
25,1
|
|
55
|
17,4
|
Data dengan tidak menggunakan optical
optik
|
x
( cm )
|
V
(mV )
|
|
15
|
0,22 V
|
|
35
|
0,056 V
|
|
40
|
0,054 V
|
|
55
|
0,039 V
|
4.2.Analisa
Data
1. Arus Cahaya
Fluks Cahaya
F = 4
I
F = 4 x 3,14 x 5
F = 20 x 3,14
F = 62,8 lumen
2. Iluminasi ( E )
E =
=
=
E = 5/ (7,5 x 10-3)2
E = 0,088 x 106
E = 88 x 103
Lux
3. Luminasi ( B )
B =
,
A
Luas Permukaan
B =
B = 5/ 3,14 x (56,25 x 10-6)
B = 0,026 x 106
cd/m2
4. Panjang Gelombang Cahaya
=
= 12,4/ 172,73
= 0,071 m
5. Menentukan Daya
Pout = Vout
I
·
Dengan
menggunakan optical optik
a.
Pout1
= Vout1 I
Pout1 = 17,6 x 10-3 x 5
Pout1 = 88 x 10-3 watt
b.
Pout2
= Vout2 I
Pout2 = 15,4 x 10-3 x 5
Pout2 = 77x 10-3 watt
c.
Pout3
= Vout3 I
Pout3 = 16,4 x 10-3 x 5
Pout3 = 82 x 10-3 watt
·
Dengan
tidak menggunakan optical optik
a. Pout1 = Vout1 I
Pout1 =
181,4 x 10-3 x 5
Pout1 =
907 x 10-3 watt
b. Pout2 = Vout2 I
Pout2 =
93,8 x 10-3 x 5
Pout2 =
469 x 10-3 watt
c. Pout3 = Vout3 I
Pout3 = 56,4 x 10-3 x 5
Pout3 = 282 x 10-3 watt
6. Perbedaan Iluminasi dan
Luminasi
Iluminasi sering disebut juga intensitas
penerangan atau kekuatan penerangan atau dalam BSN disebut tingkat pencahayaan
pada suatu bidang adalah fluks cahaya yang menyinari permukaan suatu bidang .
E =
Keterangan :
E = iluminasi ( lux )
F = fluks cahaya ( lumen
)
A = Luas permukaan bidang
( m2 )
Luminasi merupakan suatu ukuran terangnya
suatu benda , baik pada sumber cahaya maupun pada suatu permukaan
L =
Keterangan :
L = luminasi ( cd/m2 )
I = intensitas ( cd )
A = luas semua permukaan ( m2 )
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Fungsi dari radio
photometer adalah mengukur intensitas suatu cahaya. Dalam percobaan radio
photometer, kita harus mendapatkan nilai dari tegangan yang dihasilkan cahaya
sehingga dapat ditentukan nilai dari intensitas cahaya yang diinginkan.
- Dualisme cahaya yaitu dalam kondisi tertentu cahaya menunjukkan
sifat sebagai gelombang dan dalam kondisi lain menunjukkan sifat sebagai
partikel.
3. Iluminasi (Pencahayaan) à Menjelaskan tentang
interaksi antara diameter dan permukaan
sumber cahaya.
Luminasi
à
Tingkat permukaan suatu benda / sumber cahaya yang
sampai ke arah pengamat.
4. Hal yang
terpenting dalam intensitas cahaya yaitu panjang gelombang. Semakin besar panjang
gelombang cahaya maka semakin besar pula intensitas cahaya nya.
5.2. Saran
1.
Sebaiknya praktikan
selanjutnya lebih memahami isi dari buku penuntun tentang percobaan ini
2.
Sebaiknya praktikan
selanjutnya lebih mengetahui alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini
3.
Sebaiknya praktikan
selanjutnya mengetahui fungsi dari alat-alat yang digunakan agar lebih mudah
untuk di pahami percobaan yang akan dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Edminister, Joseph A. 1994.
Rangkaian listrik edisi kedua. Jakarta : Erlangga
Halaman : 26-51.
Fitzgerald, A.E. 1981. Dasar-dasar
elektronika edisi kelima jilid 2. Jakarta : Erlangga
Halaman
: 2-19.
Glathart, J L. 1950. College physics
fourth edition. Mcgraw-hill book company.
Newyork.
Halaman
: 493-496.