BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Thyristor adalah komponen semi konduktor dengan
sedikitnya tiga sambungan PN. Operasi thyristor sama dengan operasi dari
saklar. Seperti saklar, thyristor mempunyai dua keadaan yaitu keadaan ON
(menghantarkan) dan OFF (tidak menghantarkan). Secara umum, thyristor dibagi
menjadi tiga, yaitu SCR, DIAC, dan TRIAC.
SCR merupakan
singkatan dari Silicon Controlled
Rectifiers, yang merupakan alat semikonduktor empat lapis, terdiri dari dua
transistor dan menggunakan tiga kaki, anoda, katoda, dan gerbang (gate).
Transistor dipakai secara luas sebagai sakelar pada
rangkkaian digital.Dan dalam hal lain-lain seperti pengendalian daya yang agak
besar. Namun, kelemahan utamanya adalah bahwa
transistor memerlukan arus basis kontinu dan tinggi dalam kedaan ON. Lain
halnya dengan piranti semikonduktor berlapis banyak yang disebut thyristor yang mempunyai kemampuan
pengendalian daya besar dengan energi kendali minimum.
Oleh karena itu, piranti ini biasa dipakai pada
penerapan canggih seperti penyearahan pengendalian laju motor listrik dengan
tingkat daya dari beberapa miliwatt hingga ratusan kilowatt. DIAC merupakan gabungan dua dioda, dan
TRIAC merupakan gabungan dua SCR.
Pada percobaan ini
akan dibahas mengenai bagian thyristor, terutama SCR, yaitu karakteristrik dan
prinsip kerjanya, sehingga diketahui penggunaan SCR dalam fungsi penyearah
ataupun sebagai switching, serta
aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui karakteristik dan prinsip kerja SCR
- Untuk mengetahui penggunaan SCR sebagai switching
- Untuk mengetahui aplikasi dari SCR
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Thyristor
adalah komponen semi konduktor dengan sedikitnya tiga sambungan PN. Kata
thyristor sebagai istilah umum untuk semua jenis komponen yang menyesuaikan
dengan ini. Operasi thyristor sama dengan operasi dari saklar. Seperti saklar,
thyristor mempunyai dua keadaan yaitu keadaan ON (menghantarkan) dan OFF (tidak
menghantarkan). Tidak ada daerah linier antara dua keadaan seperti yang ada
pada transistor.
Penyearah silikon terkontrol (sillicon-controlled
rectifier) dan triac adalah alat thyristor yang paling sering digunakan.
Alat tersebut adalah kuda kerja dari elektronika industri. Thyristor digunakan
pada elektronika daya untuk mengontrol kecepatan dan juga frekuensi,
penyearahan dan juga pengubahan daya. Aplikasi umum termasuk motor, pengendali,
manipulasi robot dan kontrol panas serta cahaya.
Silicon controlled rectifier adalah alat semikonduktor empat lapis (PNPN) yang
menggunakan tiga kaki – anoda, katoda, dan gerbang untuk operasinya. Tidak
seperti pada transistor, operasi SCR tidak dapat memperkuat sinyal. SCR tepat
digunakan sebagai sakelar solid-state dan dikategorikan menurut jumlah arus
yang dapat beroperasi. SCR arus rendah dapat bekerja dengan arus anoda yang
kurang dari 1 A. SCR arus tinggi dapat menangani arus beban ribuan ampere.
Sebagian besar SCR mempunyai perlengkapan untuk penyerapan berbagai jenis panas
untuk mendisipasi panas internal.
Simbol skematis untuk SCR mirip dengan simbol penyearah dioda. Pada
kenyataannya, SCR mirip dengan dioda karena SCR menghantarkan hanya pada satu
arah.
Dengan perkataan lain, SCR harus diberi bias maju dari anoda ke katoda untuk
konduksi arus. Tidak seperti pada dioda, ujung gerbang yang digunakan berfungsi
untuk menghidupkan alat. (Frank,D.P.2005)
Kata Thyristor berasal dari bahasa Romawi dan
memiliki arti “pintu”, membuka sebuah pintu dan membiarkan sesuatu melewatinya.
Thyristor merupakan suati piranti semi penghantar yang menggunakan umpan balik
internal untuk menghasilkan aksi pensaklaran.
SCR adalah thyristor
yang paling sering digunakan. SCR dapat melakukan penyaklaran untuk arus yang
besar. Karena itu, banyak digunakan untuk mengatur motor, pemanas, AC, dan
pemanas induksi.
Dengan menambah
terminal masukan pada basis Q2. Kita dapat membuat dengan cara kedua untuk
menutup grendel, kita dapat memberi pemicu pada basis Q2. Pemicu ini akan
menaikkan arus basis Q2. Ini akan memulai umpan balik positif, yang akan
mendorong kedua transistor ke keadaan jenuh. Saat
jenuh, kedua transistor secara ideal akan terlihat seperti rangkaian yang
terhubung singkat dan grendel akan tertutup. Idealnya, grendel memiliki
tegangan nolsaat tertutup, dan titik operasi berada pada bagian atas garis
beban dc.
Masukannya disebut
gerbang (gate), bagian atas disebut anoda dan bagian bawah disebut katoda. SCR
jauh lebih berguna disbanding dengan diode empat lapis, karena pemicuan gerbang
lebih mudah disbanding dengan pemicuan breakover.
Selanjutnya, kita akan
menggambarkan empat daerah yang diberi doping yang dipisah menjadi dua
transistor. Oleh karena itu SCR setara dengan grendel dengan masukan pemicu.
Karena gerbang SCR
dihubungkan dengan basis transistor internal, maka diperlukan setidaknya 0,7V
untuk memicu sebuah SCR. Lembar data menyebutkan tegangan ini sebagai tegangan
pemicu gerbang (gate trigger voltage)VTG. Daripada menyebutkan
hambatan maasukan gerbang, pabrik SCR memberikan arus masukan minimum yang
dibutuhkan untuk menghidupkan SCR. Lembar data menyebutkan arus pemicu gerbang
(gate trigger current) IGT. Sebagai contoh, lembar data 2N4441
memberikan tegangan arus pemicu:
........................................................................................................ (2.1)
.......................................................................................................... (2.2)
Ini berarti bahwa
sumber yang menggerakkan gerbang 2N4441 harus mencatu 10 mApada tegangan 0,75
untuk mengunci SCR. Suatu
SCR memiliki tegangan gerbang VG. Saat tegangan ini lebih dari VGT,
SCR akan hidup dan tegangan keluaran akan jatuh dari +VCC ke
suatu nilai yang rendah.
Mereset SCR. Setelah SCR hidup, SCR akan tetap hidup
meskipun Vin dikurangi menjadi
nol. Dalam kasus ini, tegangan keluaran akan tetap rendah. Satu-satunya cara
untuk mereset SCR adalah mengurangi arusnya sehingga lebih kecil daripada arus
holding yang biasanya dilakukan dengan mengurangi VCC ke nilai yang
rendah. Karena arus holding yang mengalir melalui hambatan beban, tegangan catu
untuk kondisi mati harus lebih kecil dari:
............................................................................................. (2.3)
FET daya berbanding SCR. Meskipun FET daya dan SCR sama-sama memiliki fungsi yang dapat
dijadikan sebagai sakelar untuk
arus yang besar, tetapi secara fundamental kedua peranti ini berbeda. Perbedaan
utamanya adalah cara mereka untuk tidak aktif (turn off). Tegangan gerbang yang
ada pada FET daya tersebut dapat mengubah peranti menjadi mati atau hidup. Ini
berbeda pada SCR ketika tegangan gerbangnya hanya dapat membuat SCR hidup.Ketika
tegangan masukan pada FET daya tinggi, maka tegangan keluaran berubah rendah. (Albert,P.
2003)
Ada beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain yaitu PUT
(Programmable Uni-junction Transistor), UJT (Uni-Junction Transistor), GTO
(Gate Turn Off switch), SCR (Silicon Controlled Rectifier), photo SCR dan lain
sebagainya. Namun pada kesempatan ini, yang akan di kemukakan adalah struktur
dasar thyristor sebagai berikut. Struktur Thyristor Ciri-ciri thyristor adalah
komponen yang terbuat dari bahan semiconductor silicon. Walaupun bahannya sama,
tetapi struktur P-N junction yang dimilikinya lebih kompleks dibanding
transistor bipolar atau MOS. Komponen thyristor lebih digunakan sebagai saklar
(switch) ketimbang sebagai penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN. Jika dipilah, struktur
ini dapat dilihat sebagai dua buah struktur junction PNP dan NPN yang
tersambung di tengah. Ini adalah dua buah transistor PNP dan NPN yang
tersambung pada masing-masing kolektor dan base. Jika divisualisasikan sebagai
transistor Q1 dan Q2, maka struktur thyristor ini dapat diperlihatkan seperti
pada gambar yang berikut ini. Terlihat di sini kolektor transistor Q1
tersambung pada base transistor Q2 dan sebaliknya kolektor transistor Q2
tersambung pada base transistor Q1. Rangkaian transistor yang demikian
menunjukkan adanya loop penguatan arus di bagian tengah. Dimana diketahui bahwa
Ic = β Ib, yaitu arus kolektor adalah penguatan dari arus base. Jika misalnya
ada arus sebesar Ib yang mengalir pada base transistor Q2, maka akan ada arus
Ic yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan arus base Ib
pada transistor Q1, sehingga akan muncul penguatan pada pada arus kolektor
transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1 adalah arus base bagi transistor Q2.
Demikian seterusnya sehingga makin lama sambungan PN dari thyristor ini di
bagian tengah akan mengecil dan hilang. Tertinggal hanyalah lapisan P dan N
dibagian luar. Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian adalah
struktur dioda PN (anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada kondisi yang
demikian, disebut bahwa thyristor dalam keadaan ON dan dapat mengalirkan arus
dari anoda menuju katoda seperti sebuah dioda. Gambar Thyristor Dengan Beban
Dan Sumber Tegangan Bagaimana kalau pada thyristor ini kita beri beban lampu dc
dan diberi suplai tegangan dari nol sampai tegangan tertentu seperti pada
gambar diatas. Lampu padam ketika tegangan dinaikkan dari nol. Lampu akan tetap
padam karena lapisan N-P yang ada ditengah akan mendapatkan reversebias (teori
dioda). Pada saat ini disebut thyristor dalam keadaan OFF karena tidak ada arus
yang bisa mengalir. Arus tidak dapat mengalir sampai pada suatu tegangan
reverse-bias tertentu yang menyebabkan sambungan NP ini jenuh. Tegangan ini
disebut tegangan breakdown dan pada saat itu arus mulai dapat mengalir melewati
thyristor sebagaimana dioda umumnya. Pada thyristor tegangan ini disebut
tegangan breakover Vbo. (http://elektronika-dasar.web.id/pengertian-dan-struktur-thyristor/)
BAB 3
Metodologi Percobaan
3.
1 Komponen dan Peralatan
3.1.1
Peralatan
1.
ECS Trainer
Fungsi : untuk merangkai percobaan dan menghitung
outputnya
a.
Voltmeter
Fungsi: untuk mengukur tegangan
b.
PSA
Fungsi: sebagai sumber tegangan DC
c.
Potensiometer
Fungsi: sebagai hambatan geser
2.
CPE-EO200-04
Fungsi: untuk
merangkai percobaan dan menghitung outputnya
3.
Jumper
Fungsi: untuk menghubungkan antarkomponen
3.1.2
Komponen
1.
SCR 2P4M
Fungsi: sebagai switching
atau saklar pada rangkaian
2.
Resistor (220Ω, 4.7KΩ, 1KΩ)
Fungsi: sebagai penghambat arus
3.2
Prosedur Percobaan
1.
Dipersiapkan semua peralatan dan
komponen
2.
Dihubungkan
Elektronik Desain Eksperimen pada arus PLN dan pastikan unit dalam keadaan off
3.
Dirangkai
rangkaian sesuai skema rangkaian
4.
Diputar positif ( + ) kontrol tegangan
sepenuhnya berlawanan arah jarum jam
dan
kemudian putar potensiometer 1KΩ sepenuhnya berlawanan arah jarum jam
5.
Dihidupkan Elektronik Desain Eksperimen
dan kemudian disesuaikan positif (+) kontrol
tegangan sampai +12 volt DC diterapkan pada potensiometer R1 (ukur tegangan ini di
terminal 1 dan 3 dari R1 dengan voltmeter). Potensiometer R1 sekarang
dapat digunakan untuk mengontrol tegangan kemudian diterapkan pada resistor seri R2 dan R3. Tegangan yang melalui R3 disediakan untuk tegangan gate ke katoda untuk SCR yang akan
menyebabkan arus mengalir di gate
6.
Diukur tegangan pada SCR Anoda ke
tegangan Katoda (VF) dengan menggunakan multimeter
7.
Diukur tegangan pada R4, dicatat
tegangan ini sebagai( VR4) menggunakan multimeter. Nilai yang dicatat merupakan nilai tegangan yang
melalui R4 ketika SCR off
8.
Digunakan tegangan pada R4 untuk
menghitung arus (IF) yang melalui R4 (menggunakan hukum Ohm). Nilai arus yang didapat (IF)
merupakan nilai SCR ketika off
9.
Dihubungkan
Voltmeter terhadap SCR lagi dan untuk mendapatkan nilai VF dengan
memutar potensiometer R1 perlahan searah jarum jam dan akan menyebabkan IG
bertambah. Lanjutkan terhadap R1 sampai didapat perubahan pada VF
dan hentikan setelah mendapat nilai VF yang baru dan catat hasilnya
di kolom on, nilai tersebut merupakan
nilai ketika SCR on
10.
Digunakan
tegangan pada R4 yang didapat pada langkah 8 dan hambatan R4 dikalkulasikan
untuk mendapatkan arus pada R4 dengan menggunakan hukum Ohm. Nilai yang
diperoleh merupakan IF pada saat SCR on dan dicatat nilainya pada tabel on
11.
Dengan
Elektronik Desain Eksperimen keadaan on,
diputuskan salah satu ujung R4 dan kemudian pasang resistor dengan segera pada
posisi sebenarnya. Keadaan ini mengurangi nilai IF menjadi nol.
Diukur VF yang melalui R4 lagi dan hal tersebut akan menjelaskan SCR
on atau off.
12.
Dimatikan
Elektronik Desain Eksperimen dan diputuskan R4.
13.
Disusun
kembali peralatan
BAB 4
Hasil dan Pembahasan
4.1 Data
Percobaan
|
SCR Condition
|
OFF
|
ON
|
|
Vf
(Volts)
|
12,08
|
0,8
|
|
VR4 (Volts)
|
5 x 10-3
|
11,3
|
|
If (mA)
|
2,27 x 10-4
|
0,05
|
BAB 5
Kesimpulan dan Saran
5.1
Kesimpulan
1.
Dari
percobaan diketahui, karakteristik dan prinsip kerja SCR
adalah arus yang melalui anoda A ke katoda K relative sangat kecil selama
tegangan diantaranya belum melawati VBO (Break Over Voltage).
Setelah arus terlewati maka tegangan antara Anoda ke Katoda akan turun hingga
mencapai harga VH (Hold Voltage). Dioda akan tetap menghantar selama
arus yang melewatinya tidak kurang dari nilai IH. Sebagaimana dioda
silikon konvensional, SCR memiliki sambungan anoda dan katoda; kontrol
diterapkan dengan menggunakan sebuah terminal gerbang. Perangkat tersebut
dipicu ke dalam kondisi menghantar (kondisi ‘hidup’) dengan jalan memberikan
pulsa arus kepada terminal ini. Pemicu SCR yang efektif membutuhkan suatu pulsa
pemicu gerbang yang memiliki waktu kenaikan (rise time) yang cepat yag
diperoleh dari sumber dengan resistansi rendah. Pemicu dapat menjadi kacau
apabila arus gerbang tidak mencukupi atau ketika arus gerbang berubah secara
lambat.
2.
Penggunaan SCR sebagai switching yaitu
SCR yang dihubungkan dengan menggunakan 2 saklar yang masing – masing kutub
positif saklar dihubungkan ke gate SCR sehingga apabila salah satu saklar
dimatikan, lampu LED akan tetap menyala karena masih ada arus yang mengalir ke
gate melalui saklar yang lain. Oleh karena itu, SCR dapat digunakan sebagai
switching seperti halnya transistor.
3.
Aplikasi dari SCR, SCR tepat
digunakan sebagai saklar solid-state, namun tidak dapat memperkuat
sinyal seperti halnya transistor. SCR juga banyak digunakan untuk mengatur dan
menyearahkan suplai daya pada motor DC dari sumber AC, pemanas, AC, melindungi
beban yang mahal (diproteksi) terhadap kelebihan tegangan yang berasal dari
catu daya, digunakan untuk “start lunak" dari motor induksi 3 fase dan
pemanas induksi. Sebagian besar SCR mempunyai perlengkapan untuk penyerapan
berbagai jenis panas untuk mendisipasi panas internal dalam pengoperasiannya.
5.2
Saran
1.
Sebaiknya
praktikan selanjutnya mengetahui karakteristik SCR
2.
Sebaiknya
praktikan selanjutnya memahami prosedur percobaan
3.
Sebaiknya
praktikan selanjutnya memahami rangkaian percobaan
DAFTAR PUSTAKA
Malvino, A. P.
2003. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jilid
I. Jakarta: Erlangga
Halaman 504-506
Petruzella, F.
D. 2005. Elektronik Industri. Yogyakarta:
ANDI
Halaman 263-265
Tanggal
akses 14 Maret 2016 17:18 WIB
1.
Jelaskan
cara kerja SCR sesuai dengan karakteristiknya dan prosesnya sebagai penyearah?
Jawab :
Cara kerjanya
adalah arus yag melalui kutub negatif (anoda) A ke katoda relatif sangat
kecil,selama tegangan diantaranya belum melewati break over voltage. Setelah arus melewati
maka tegangan antara anoda dan katoda akan turun hingga mencapai harga hold
voltage. Diode akan tetap menghantarkan selama arus yang melewatinya tidak
kurang dari nilai hold voltage.
2.
Jelaskan cara kerja SCR sesuai dengan
karakteristiknya dan prosesnya sebagai switching?
Jawab :
Saat kita
menyambungkan SCR ke sumber tegangan
gate (G) ,kedua transistor dalam keadaan cut off,menyuplai pulsa ke gate
menyebabkan transistor terhubung,arus ini terhubung dan menyebabkan aliran rata
ke base. Aliran ini menjaga transistor dalam keadaan terhubung yang mana
menjaga transistor dalam keadaan terhubung,walaupun pulsa gate dalam keadaan
berhenti.